dari mahendra untuk sang pemilik hati

liyaa🪐
4 min readSep 26, 2022

--

Saya bisa bayangkan kerutan di dahi yang terpoles spontan ketika kertas ini sudah berhasil kamu susuri. Baik intro, isi, ataupula penutup yang akan saya tuangkan dengan segenap hati meski tak tahu akan sepanjang apa nanti. Namun kasih, jangan terlebih dahulu merasa letih. Sebab ke-sepuluh jari sedang mengupayakan yang terbaik untuk jadi perantara dendang kicau di kepala agar bisa kamu nikmati. Jangan terkecoh, sebab seluruh hal yang tertera di sini dibuat bukan dengan maksud mengomeli. Tetapi sebagai jejeran tindak tanduk peduli. Singkatnya, cara lain saya untuk mencintai.

Pertama, kamu nona lupa waktu. Sebelumnya jangan, jangan mengerucutkan bibir dan memprotes kecil judul yang saya beri sebagai garis mula untai paragraf ini. Karena saya hampir bisa menjabarkan detail kejadian yang mampu validasi awalan di atas dengan pasti.

Saya lupa tepatnya kapan, saya di telefon Ibu mu sebab kamu tak keluar dari kamar seharian. Katanya kamu terlalu sibuk bergelung dengan skripsi yang saya akui memang menyebalkan. Lantas Ibu-mu tak sampai hati melihat kamu kelelahan. Maka saya sebagai serdadu andalan, disuruh datang untuk mengajakmu jalan-jalan. Bukannya menyambut dengan rentang wajah sumringah penuh kebahagiaan, kamu saat itu malah berujar pelan, “Mahen, perginya jangan kelamaan, ya? Aku mau lanjutin skripsi biar cepet selesai, biar gak kepikiran.”

Makanya saya nyaris marah saat itu (jangan anggap marahnya saya terjadi karena hal sepele, ya!). Sebab bibir kering yang di dominasi gurat pucat, garis kening yang sedikit-sedikit mengkerut cepat, ataupula dirimu yang tampak tak bersemangat, tak mungkin jadi urusan sepele yang bisa picu.

Meski begitu, kekasih, ingat jikalau letih, kamu punya pundak saya yang akan menopang kamu ketika tertatih. Kamu punya dekap saya yang tak punya batas limit untuk kamu sambangi. Kamu punya saya jadi saya akan selalu berada di sana kala kamu butuh bala bantuan atau pertolongan. Kamu punya saya, jadi kamu tidak sendirian. Jangan sering-sering lupa waktu, cantikku. Kesehatan, kebahagiaan, dan kestabilan staminamu adalah yang utama. Sebab kalau mau perang skripsi, pastikan sudah isi penuh amunisi.

Amarah saya sampai melebat. Saya marah lihat kamu lupa pedulikan diri sebelum tuntaskan skripsi yang tenggatnya masih nanti. Saya marah kamu lupa jaga diri. Sederhananya begitu. Namun mana bisa saya marahi si cantik bagai permaisuri kerajaan asri seperti kamu. Yang ada saat itu saya memeluk kamu, kencang, lalu bilang, “Kalau kamu sehat, pasti nanti skripsinya usai sesuai tenggat.” Karena alih-alih marah, saya yakin kamu lebih butuh pelukan daripada omelan. (Ralat, saya saat itu juga perlu asupan dekapan, supaya rindu saya pada kamu sedikit kurangnya teratasi dengan nyaman.)

Note: Saya bawakan matcha latte kesukaan kamu. Sudah saya titip ke Ibu. Mungkin ditaruh di kulkas hitam rumahmu. Selamat menikmati, amunisi. semoga bisa jadi pasokan.

Kedua, kamu ekstra baik hati. Ingat tidak, dulu saya pernah bilang pada kamu begini; hakikatnya cinta itu ibaratkan gelas kaca yang kosong melompong, Sayang. Kamu harus bisa cintai diri kamu sendiri sampai gelas itu penuh. Kalau sudah, baru bisa kamu bagi-bagi ke orang lain entah banyak, sedikit, atau separuh. Lantas nanti kamu bisa isi ulang gelas sendiri. Atau bisa jadi cinta yang kamu bagi dibalas setara dan gelasmu dibantu penuh oleh mereka. Maka kuncinya adalah, jatuh cinta terlebih dahulu dengan dirimu sendiri, kasihku.

Saya sama sekali tak larang kamu berbuat kebaikan. Yang ada saya bangga betul punya kekasih berhati bersih seperti Ibu Peri. Meski begitu, ibarat hakikat cinta seperti gelas kosong-jangan lupa jatuh cinta dengan diri sendiri terlebih dahulu. Jangan lupa prioritaskan diri sendiri dahulu sebelum bisa ulurkan tangan pada orang-orang yang butuh. Makanya saya tak pernah risau kalau kamu ingin punya waktu sendiri, sebab saya tahu, kamu punya hak atas hidup dan juga waktu yang ingin kamu jalani.

Namun saya tak sekalipun keberatan kalau lupa waktumu itu perihal menelfon saya pukul dua pagi yang berujung dengan sesi curhat dadakan. Malahan saya bahagia, mendengar dengan wajah segar tanpa kantuk sebab nona lupa waktu kini bercerita tentang banyak hal yang buat dia kesenangan ataupula kepayahan. Saya selalu suka jadi sosok yang kamu perlukan.

Saya baru kepikiran dua, jadi anggap saja ini penutup. Sekiranya itu saja yang bisa saya tuangkan, kapan-kapan kalau ada tambahan saya kirimkan lagi ke email kamu.

Sebelum betulan saya sudahi, saya mau protes kenapa kamu cantik sekali! Lensa kamera saya sampai protes berkali-kali karena flash-nya kalah silau jika diadu dengan parasmu yang seperti bidadari. Tidak, saya tidak hiperbola. Kamu betulan secantik itu. Ah iya, ngomong ngomong semalam kamu cerita mau latihan bikin pancake, kan? Kalau mau pergi belanja beli bahan-bahan, telfon saya. Saya mau temani kamu mulai dari belanja, proses pembuatan uji coba, sampai akhirnya makanan itu tersaji secara nyata.

Jangan ejek saya sebab telah gegayaan kirimi kamu surat dengan gaya bahasa baku begini. Sama sekali bukan style saya, ya? Tapi gak papa, hehe. Artinya saya punya banyak cara buat sampaikan perasaan saya. Selamat menjalani hari-hari selanjutnya! I love you and I really do.

Mahendra.

--

--

liyaa🪐
liyaa🪐

No responses yet